I am just a simple girl trying to share anything that I have. Hope it will be inspiring. Thanks for reading!! :)

**********
A little story about ME

Suatu hari, seorang ibu yang sudah memiliki dua anak perempuan yang berusia sekitar 3 dan 2 tahun, sedang mengandung anak yang ketiga. Karena anak pertama dan kedua adalah perempuan, maka banyak harapan anak yang dikandungnya sekarang akan berjenis kelamin laki-laki. Bahkan dua anak perempuannya selalu mengelus perutnya sambil berkata "muhammad.. muhammad..". Mereka sekeluarga benar-benar berharap kehadiran seorang mujahid ditengah-tengah mereka. Namun, apapun keputusan Allah, keluarga ini harus dan sudah siap menerimanya.

Dan ternyata, harapan hanya tinggal harapan. Allah Maha Kuasa dan Maha Menetapkan apa yang terbaik buat keluarga kecil ini. Karna Allah, akhirnya pada tanggal 1 September 1993 terlahir seorang bidadari cantik ketiga ditengah keluarga. Kehadirannya disambut dengan meriah, semua tetap tersenyum bahagia dan bersyukur padaNya walau tak sesuai harapan (bukan berarti tidak diharapkan :p). Akhirnya, bayi yang lahir dengan berat 4 kg ini (untuk pertama kalinya seberat ini) diberi nama SHOFIA SHABRINA.

Menurut analisa (saya pribadi), ada beberapa hal yang membuat keluarga ini memberi nama bayi ini dengan nama tersebut:
1. Untuk meningkatkan kesabaran mereka dan keluarga, karna harapan mereka masih menjadi angan (waktu itu).
2. Untuk menggambarkan kesabaran si ibu dalam melahirkan anak dengan berat 4 kg (perdana) dan juga perjalanannya dalam mendidik anak itu.
3. Sebagai harapan orang tua agar si anak dapat menjadi bidadari yang memiliki kemurnian hati dan kesabaran yang tak berbatas.
Anak yang imut ini tumbuh dan berkembang dengan cukup pesat (detailnya saya lupa). Imutnya semakin menjadi-jadi saat dia balita sampai anak-anak (sampai sekarang sebenarnya :D). Namun ada hal yang berbeda pada anak ini. Apa itu? Ya, dia agak tomboy! Sangat berbeda dengan dua kakaknya yang lebih feminim dan girly. Gaya jalan, pilihan pakaian, sendal, dan sepatu, serta teman bermain pun dia lebih suka yang rada 'kalaki-lakian'. Cukup aneh memang. Tapi, setelah dianalisa, ternyata salah satu penyebabnya adalah harapan tadi. Harapan yang membuat dua kakaknya memanggilnya dengan nama laki-laki saat sedang didalam perut ibunya. (Ini hanya personal opinion)

Memanjat adalah kegemarannya. Apa saja yang bercitarasa 'tinggi' pasti dipanjatnya. Mulai dari kursi, jendela, lemari, sampai pohon didepan rumah pun sudah ia taklukkan. Sampai pada suatu hari, ketika sebuah jendela terbuka, dengan semangat sentosa ia memanjat dan duduk santai di bingkai jendela. Namun, entah kenapa dia tiba-tiba jatuh dengan posisi mulut menghantam batu. Ini menyebabkan dua gigi depannya patah hingga ke akar. Segera saja ayah dan ibunya membawanya kepada seorang dokter. Dokter bilang tak ada kemungkinan gigi si anak untuk tumbuh kembali. Ini membuat mereka sedih, dan terus berdo'a agar gigi anak mereka dapat tumbuh dengan normal. Dan do'a mereka terkabul, ajaib!

Ke-tomboy-an nya ini semakin berkembang saat dia menginjak bangku SD. Suka bermain dan bertanding bola dengan anak laki-laki disekolahan maupun didekat rumah, bahkan sebagian pernah ditantang adu jotos. Main kartu, kelereng, dan lainnya. Boneka? Ada juga sih, tapi satu-satunya boneka yang dia minta ayahnya untuk belikan adalah boneka buaya yang besar! Boneka itu dia minta ketika dia berdua ayahnya berada dalam perjalanan darat menuju Jakarta. Selain itu dia juga pernah dihadiahi boneka gajah oleh seorang anak didik ayahnya. What kind of girl is she? (Hahaha..)

Beranjak SMP, dia mulai memasuki dunia ke-pesantren-an. Dunia yang kata orang adalah penjara bagi anak-anak atau bahkan tempat pembuangan. Dunia yang membuat anak-anak tidak dapat berinteraksi dengan lawan jenisnya. Dunia yang membuat kita lebih mandiri dari hari ke hari. Dunia yang membatasi pandangan kita dari hiruk-pikuk dunia luar, demi membangun benteng pertahanan agar siap berjuang dan tak mudah goyang saat nanti menghadapi dunia yang sebenarnya. Berawal dari sini, dia belajar merubah kebiasaan 'abnormal' nya. Walau diawal, dia masih tetap bermain-main dengan anak laki, tapi perlahan dia berusaha mengurangi bahkan menghilangkannya sama sekali. Sebuah usaha yang bagus! :)

Seperti yang sudah disebutkan tadi, nama anak ini Shofia Shabrina, biasa dipanggil Shabrina. Tapi semenjak tahun pertama di SMP, banyak teman-temannya yang protes dengan panggilannya yang cukup panjang. Jadi orang-orang disekitarnya terpaksa menyingkatnya dengan memanggil "shab" atau "shob". Tidak nyaman dengan panggilan itu, akhirnya mereka berdiskusi. Mendiskusikan panggilan terbaik yang sesuai dengan tipikal anak ini. Akhirnya diputuskanlah bahwa nama panggilan anak ini adalah "BINA". Selain simpel, keputusan ini ditetapkan karna nama ini masih cukup langka dan terdengar cocok untuknya :D

Ketika menaiki jenjang MA, dia memilih untuk tetap berada dipesantren yang sudah ditempatinya selama 3 tahun itu. Entah kenapa dia memilih penjara itu lagi. Tapi inilah yang ia rasakan, terlalu banyak manfaat yang terlepas jika ia memutuskan keluar. Dia merasa belum siap untuk mengahadapi dunia 'nyata' dengan bekal 3 tahun masa pesantren. Itu kurang baginya yang saat itu berada pada fase 'remaja labil'. Walau dia tahu, dengan tetap berada disana, lingkup pikirnya akan terbatas pada apa yang ada disekitarnya, bukan dunia secara luas. Ini konsekuensi!

Masa-masa MA inilah ternyata yang meninggalkan banyak bekas diingatannya (selain juga kumpulan photo yang banyak terkoleksi dibandingkan masa SMP). Terlalu banyak hal unik dan menarik yang dilewatinya semenjak menjadi remaja pertengahan di pesantren ini. Mulai dari yang menyenangkan, menyedihkan, yang butuh perjuangan, pengorbanan, aktifitas sosial, kepedulian, ketangguhan, dan lainnya. Hingga akhirnya di tahun 2011 ia dinyatakan lulus MA dengan nilai yang cukup memuaskan.

Ternyata galau tanpa batas itu muncul disaat kita sudah tamat MA. Blog inipun terbentuk di masa-masa itu untuk mengungkapkan rasa-rasa galau yang dideritanya dalam perjuangannya mencapai target itu, bangku kuliah! Dia galau karna dia dibuat bingung, kemana akan melanjutkan studi. Dengan background jurusan agama semasa MA, dia tetap ingin berada dijalan yang lurus. Tapi, tak ingin ke Mesir, karena terlalu jauh, ataupun ke Lipia, karena terlalu lama. Akhirnya, di penghujung kegalauannya, ia memilih untuk berkuliah di Malaysia.

Tak berhenti sampai disana, kegalauannya berlanjut pada pemilihan kampus bahkan jurusan. Terlalu banyak bisikan-bisikan yang mempengaruhi setiap keputusan yang akan diambil, baik keputusan dari dirinya bahkan orang tua. Puncak kegalauannya itu terjadi pas dihari ulang tahunnya yang ke 18. Akhirnya setelah deraian air mata dan kucuran peluh yang membanjir, Allah memberikan jalan terbaik untuknya dengan berkuliah di kampus IIUM jurusan Psychology. Challenge!

{ 2 komentar... read them below or Comment }

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -