2 Wanita dan 2 Wanita

Kita sama-sama tahu, pun dalam ilmu psikologi, bahwa lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang. Lingkungan yang baik akan menghasilkan prilaku yang baik, begitu juga sebaliknya. Namun, sebesar apapun pengaruh lingkungan, tetap saja ‘diri sendiri’ menjadi penentu utama beragam bentuk tingkah kita.

Dalam surat at-Tahrim (10-12), Allah telah memberikan perumpamaan sempurna tentang bagaimana ‘diri sendiri’ memiliki pengaruh yang jauh lebih besar dari apapun melalui tiga untai kisah mulia; tentang dua orang istri dari dua nabi, tentang istri raja zhalim sepanjang zaman (fir’aun), dan tentang seorang perawan yang amat dimuliakan.
Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Luth.. (At-Tahrim: 10)
Istri nabi sebagai contoh orang-orang kafir? Golongan yang dimurkai Allah? Yang benar saja. But, that’s the fact bahwa menjadi istri nabi pun tak akan pernah menjamin keimanan dan keteladanan akhlak seseorang (apalagi kita yang bukan istri dari para nabi). Tapi, kok bisa? Jawabannya langsung Allah berikan pada ayat yang sama..
..lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya.. (At-Tahrim: 10)
Pengkhianatan mereka terhadap nabi Nuh dan nabi Luth serta terhadap dakwah yang mereka bawa, menjadi faktor utama atas kekafiran mereka. Maka, tidak ada lagi gunanya keluarga dan lingkungan islami bagi orang-orang telah menutup hatinya dari kebenaran. Maka dua wanita ini adalah contoh bagaimana tidak berartinya lingkungan dalam pembentukan pribadi yang islami.
Dan Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman istri Fir'aun.. (At-Tahrim: 11)
Nah lho, kok kebalik ya? Istri nabi jadi contoh buat orang kafir dan ini istri fir’aun menjadi teladan bagi orang mu’min (?). And the answer is right after the (above) statement!
..ketika dia berkata, "Ya Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim. (At-Tahrim: 11)
Maksudnya? (Ya sama. Awalnya saya juga tidak paham maksud dari untaian indah do’a Asiah ini. Namun setelah mendengar ceramah Ust. Urwah, semuanya menjadi lebih jelas). Jadi gini..

Siapa yang ngga kenal fir’aun? Raja yang kekejaman dan kezhalimannya tiada tandingan, bahkan dengan sombongnya mengatakan kalau ia adalah tuhan (bisa apa dia?). Namun ternyata, dia didampingi oleh seorang muslimah yang ta’at masyaAllah, Asiah. And guess what! Tentu kehidupannya bersama fir’aun penuh dengan kekejaman dan kezhaliman.

Tapi sepertinya kata menyerah tidak ada dalam kamus Asiah. Seperti yang teruntai dalam do’anya, ia tak diminta untuk diringankan beban atau dikuatkan pundak demi menjalani hidup bersama fir’aun. Tapi, aduhai.. Indah sekali! Tingginya obsesi membuatnya hanya fokus pada tujuan - Yaa Rabb, bangunkan untukku istana di surga. Kalau kita udah dapat istana di surga, so pastilah ya kita bakal masuk surga!

Begitulah Rasulullah ajarkan kita “jika kalian meminta sesuatu kepada Allah, maka mintalah surga firdaus (yang paling tinggi)!” - HR. Bukhari. Jangan tanggung-tanggung! Lingkungan Asiah mendukungnya untuk mengingkari Allah, kapan saja. Namun, dirinya memutuskan untuk bertahan dalam keimanan dan memohon perlindungan pada Sang Maha Pemberi Perlindungan sehingga ia tetap kokoh dan teguh dalam keimanan pada Allah.

Pada ayat berikutnya, Allah memberi perumpamaan wanita kedua untuk orang-orang beriman, Maryam binti Imran. Ibu dari nabi Isa as. Kenapa?
..dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari roh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat-kalimat Tuhannya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia termasuk orang-orang yang taat. (At-tahrim: 12)
Penjagaannya terhadap kehormatan dan harga dirinya, keimanan dan keyakinannya pada Rabb-nya serta keta’atannya padaNya menjadikannya seorang yang mulia dan dimuliakan. Walaupun disekelilingnya berserakan segala cacian dan hinaan yang menggoyah iman. Jika kita mengikuti kisahnya, maka tak ada kata yang bisa diungkapkan selain hanya kekaguman padanya akan kepatuhannya pada perintah Allah - tanpa sedikitpun kata tanya.

Asiah dan Maryam adalah dua wanita teladan sepanjang zaman bagi orang-orang beriman. Bahkan Rasulullah bersabda bahwa mereka adalah dua dari tiga (atau empat) wanita paling sempurna sepanjang masa. Seperti yang ternukil dalam hadits riwayat Bukhari dan juga Muslim.
“Laki-laki yang sempurna itu banyak (para nabi dan rasul semua adalah lelaki sempurna, ma’shum)” ucap Rasulullah, “tetapi tiada wanita yang sempurna kecuali Asiah istri Firaun dan Maryam binti Imran, Sesungguhnya keutamaan Aisyah dibandingkan sekalian wanita adalah sebagaimana keutamaan bubur roti gandum dibandingkan dengan makanan lainnya”.
Maka inilah pelajaran berharga untuk kita semua bahwa seperti apapun lingkungan kita, memberi dukungan atau menjerumuskan, diri kita memiliki peran penting dalam membuat keputusan. Apakah akan tenggelam dalam hingar bingar kenistaan, ataukah bertahan walau berlumur darah perjuangan. Diwarnai ataukah menjadi pemberi warna Islam bagi lingkungan. It depends on us! Maka meneladani Asiah dan Maryam menjadi jawaban ampuh untuk setiap kegelisahan yang menggoyah langkah.

Wallaalu a’lam~

Note: Catatan ringkas dari ceramah Ust. Urwatul Wutsqa, Masjid Jabal Rahmah komplek Semen Padang.

Keep Helping Others

Seperti biasa, setiap akhir semester, kelas terakhir pasti diisi dengan review materi yang akan dimasukkan dalam UAS, sharing, serta Dosen akan memberikan motivasi kepada para mahasiswa. Agak emosional memang. Tapi diantara semua kelas di semester ini, yang paling berkesan adalah kelas Health Psychology, yang memiliki ending paling touching :")

Kenapa saya bilang paling menyentuh? Karena ada pesan yang sangat-sangat mengharukan sekaligus yang harus kita aplikasikan selalu, berdasarkan kisah hidup beliau, DR. Hariyati Shahrima Abdul Majid (DR. Hari). Selain itu, beliau juga mengakhiri kelas ini dengan traktiran sepotong pizza. Lumayan kan (yang ini abaikan ^^)

Back to the point..

Jadi ceritanya, Dosen saya ini pernah mengalami kecelakaan yang amat parah. Mobil yang ia kendarai bersama saudara laki-lakinya (seterusnya akan disebut dengan 'fulan') terguling (saya lupa detailnya, maaf). Kecelakaan yang benar-benar fatal. Beliau tidak sadarkan diri, sedangkan fulan masih sadar dan mengalami luka yang tidak terlalu parah. Seperti adegan di sinetron, ia mendekap Dosen saya dan membangunkannya, berharap ia masih sadar (hidup).

Orang-orang sekitar datang mengelilingi, meminta fulan untuk men-talqin-kan syahadat kepada saudaranya. Dia menolak, karena belum rela menganggap DR. Hari yang terkapar berlumuran darah itu, telah meninggal (atau sakaratul maut). Mungkin memikirkannya saja, ia tak sudi. Namun sayang sekali, banyak kendaraan yang hanya berhenti untuk nge-cek apa yang terjadi kemudian berlalu pergi, seolah tak terjadi apa-apa. Nobody's going to help.

Diambang keputus-asaan, datanglah sebuah mobil menepi. Langsung saja dengan agak tergesa si empunya mobil (sebut saja Pak Syam) bersama fulan mengangkat DR. Hari ke mobilnya dan segera dilarikan ke Rumah Sakit. Alhamdulillah, belum terlambat. Beliau terselamatkan. Bahkan dokter merasa heran, kenapa ia bisa selamat dari kecelakaan yang biasanya berujung maut itu (mobilnya aja babak belur). Maha Besar Allah.

Pak Syam segera menelpon keluarga DR. Hari yang tentu saja berita itu membuat mereka amat shocked. Bahkan fakta orang asing yang menelpon mereka saat itu harus dihiraukan, karena dia tidak minta pulsa atau minta ngirim uang ke atm (hehe). Dalam waktu singkat, orangtua DR. Hari telah berkumpul di Rumah Sakit dan menanti anaknya untuk siuman. Selama beberapa hari, Pak Syam setia bolak-balik Rumah Sakit untuk melihat keadaan DR. Hari dan memastikannya baik-baik saja.

Hingga pada suatu hari Pak Syam minta izin karena harus kembali ke Singapore (orang singapore kalo ngga salah). Ayah DR. Hari menyayangkan sekali karena DR. Hari belum sempat berjumpa Pak Syam, "anak saya pasti ingin sekali berterimakasih secara langsung kepada anda, bisakah anda tinggalkan alamat rumah dan nomor telpon?" ujar si Ayah.

Pak Syam menolak. Tapi si Ayah tetap kekeuh ingin minta, karena menurutnya anaknya pasti ingin sekali membalas jasa orang yang telah menolongnya. Pak Syam juga sama, tetap kekeuh menolak. Namun dia berpesan kepada Ayah DR. Hari, "jika anak bapak ingin membalas apa yang saya lakukan, ada satu cara. Keep helping others. Siapapun, kapanpun dan dimanapun" ucapnya.

(Sampai disini, kelas menjadi sangat emosional. Karena ada beberapa orang sempat menitikkan airmata haru. Really inspiring!)

Beliau meneruskan.. Setelah sadar, beliau meminta Ayahnya untuk mencari alamat Pak Syam. Kebetulan juga fulan sempat mengambil foto plat mobilnya Pak Syam. Mulailah mereka sekeluarga tracking nomor plat itu dengan bantuan polisi. Namun sayang sekali, mereka tidak menemukan mobil Pak Syam (apalagi alamatnya). Polisi malah mengatakan bahwa mobil dengan nomor plat itu tidak ada dalam daftar (shocked).

Mungkin beginilah cara Allah menyampaikan pesan kepada beliau yang ngenanya langsung ke hati mengendap di jiwa lalu tergeraklah raga. Oleh karena itulah, dosen saya yang memang spesialisasinya di bidang Health Psychology ini memiliki semangat yang luar biasa sekali dalam membantu orang lain. Beliau banyak terlibat dalam aksi sukarelawan membantu korban bencana, korban perang (seperti Rohingya), pasien-pasien rumah sakit, dan lain sebagainya.

Beliau takkan pernah berhenti untuk gemar menolong orang lain. Bahkan beliau pernah suatu ketika digigit oleh pasien yang living with schizophrenia yang menyebabkan sakit yang amat sangat luar biasa (saking sakitnya, beliau pernah merasa ingin lompat saja dari lantai 5 Rumah Sakit). Kejadian ini juga mengakibatkan jari kelingking beliau kehilangan fungsinya (saya baru sadar ini setelah beliau cerita). Tapi beliau will never give up. May Allah bless her. Allahumma aamiin..

Saking kerennya beliau (masyaAllah), baru-baru ini beliau mendapat undangan dari PBB untuk menghadiri konferensi (atau apa gitu) di Turki (yang pasti berkaitan dengan spesialisasi beliau). Undangannya langsung dari Ban Ki Moon, broh! Beliau juga sering diundang dalam acara yang seolah beliau menjadi icon muslim/ah di acara itu (satu-satunya yang beragama Islam/ memakai jilbab).

Tabarakallaah.. Semoga kita bisa terinspirasi dari kisah beliau dan menjadi agen-agen Islam pembawa perubahan. And don't forget to keep helping others!
"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." (Q.S. Muhammad: 7)

Tumbuh Bersama Alam

Dan Kami hamparkan bumi itu dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba yang kembali (mengingat Allah). [Qaaf: 7-8]
Tidak ada yang salah sebenarnya dengan hidup dan berkembang dalam selimut polusi kota, atau dengan bising-bising kendaraan bahkan orang-orang di jalanan. Hanya saja bagi saya, hidup di perkampungan jauh lebih menarik daripada hidup di kota. 

Saya adalah contoh anak yang tumbuh dan kembang di perkotaan, walaupun kota Padang belum secanggih ibu kota negara, tetap saja pesona kota terpapar jelas di lingkungannya. Namun saya bukanlah orang yang tergila-gila dengan hiruk-pikuk kota. Jika orang melihat saya dari penampilan dan gaya bicara, mereka tidak akan percaya kalau saya asli orang kota. Haha.. 

Tapi saya mencintai alam seutuhnya. Alam terlihat megah dimata saya. Alam menyimpan banyak rahasia penciptaan dan ilmu pengetahuan. Menyaksikannya, semakin meningkatkan keyakinan saya akan keagungan Tuhan yang Maha Kuasa. CiptaanNya tiada tandingan, seniNya tiada bandingan. Allaahu Akbar! Saya mencintai alam, walaupun saya bukan anggota komunitas pecinta alam manapun. Saya bisa betah berlama-lama menikmati goresan Tuhan yang takkan pernah bisa direkayasa manusia. Allah berfirman:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (cerdas). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. [Ali Imran 190-191] 
Sewaktu uwo (nenek) saya masih hidup, saya sangat menikmati liburan di kampung. Ketika baru sampai di rumah uwo saja, tujuan utama saya adalah tabek (kolam ikan), kemudian berlama-lama menanti ikan terjerat kail yang saya lontarkan. Jika ikan-ikan sasaran tidak tertarik dengan umpan, maka uwo akan turun tangan dan menyebur langsung ke dalam kolam untuk menangkap ikan-ikan besar yang berada di daerah persembunyiannya. Saya yang suka penasaran dan mencoba ini itu juga pernah melakukan hal yang sama, tapi cuma dapat udang-udang kecil. Hehe.. 

Selain itu uwo juga pernah mengajak saya menyusuri pematang sawah, menanam padi dan menangkap belut sawah. Dari uwo, saya belajar cara menanam padi yang benar. Lalu saya pernah diajak berjalan sedikit ke kaki bukit mendekati bibir hutan (ngga jadi masuk hutan). Jika sudah selesai aktifitas di persawahan, kami membersihkan diri di sungai kecil yang jernih. Kata uwo, sungainya banyak pacet. Tapi saya mah selow, tetap mandi-mandian. Alhamdulillah ngga kena pacet. Haha.. 

Saya menikmati sekali hidup di perkampungan serta kearifan tetangga sekitar. Akrabnya masyaAllah. Walaupun kadang suka kesal sendiri karna saking akrabnya, suka masuk rumah uwo tanpa ketuk pintu. Kalau ngga mahram kan berabe. Di rumah uwo juga ngga ada toilet. Pilihannya cuma dua: pup langsung di lantai kamar mandi terus disiram bersih-bersih, atau pergi ke toilet dekat mesjid diatas tabek yang ngga berlampu sambil melihat ikan-ikan menikmati santapan (maaf agak jo*ok). Haha.. Mungkin kalau siang hari, pilihan kedua tidak menjadi masalah. Kalau malam hari? 

Tapi sejak uwo meninggal, cerita-cerita diatas hanya tinggal kenangan yang ngga akan terulang..

Masih. Saya masih tetap dan selalu mencintai alam, saya masih selalu ingin untuk tumbuh bersama alam. Maka, selama 6 tahun di pesantren, bermain dan belajar di alam adalah hal yang sangat saya nantikan. Saya akan mudah bosan dan ngantuk jika harus duduk berlama-lama di kelas. Kepanduan, pramuka, dan pekan kreatifitas siswi adalah beberapa sarana yang menyatukan saya dengan alam. Camping, hiking, trekking, outbound, main-main di sungai, membelah hutan, dan menyusuri tepian pantai. I love it!

Sampai sekarang, saya dan keluarga sering berjalan-jalan menikmati alam ketika liburan. Kadang ke sungai kadang ke pantai. Bagi saya, sulit sekali menolak ajakan teman untuk kembali bercengkerama dengan alam. Bahkan jika ia menawarkan dua pilihan: ke mall atau mandi di sungai, maka saya akan memilih pilihan kedua.

Saya mencintai alam, maka saya akan menjaga keindahan dan kebersihannya agar tetap utuh lestarinya sampai kapanpun dan dengan cara sekecil apapun, seperti: membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan kantong plastik. Alam ini titipan Tuhan kepada manusia selaku khalifah di muka bumi. Kalau bukan kita yang merawatnya, siapa lagi yang kita harapkan? Let's start to care and love mother nature~ [Shaffix - Mother Nature]

Bercita-citalah Setinggi Langit!

'Uluwwul himmah (UH) memiliki arti tingginya cita-cita. Sesuatu yang ingin diraih. Sesuatu yang memotivasi seseorang untuk beramal. UH ini merupakan salah satu sifat mahmudah (terpuji). Sebuah sya'ir yang sering menjadi kata-kata mutiara menyebutkan secara singkat bagaimana sebaiknya kita bercita-cita, 
"Apabila kamu menginginkan sesuatu, maka jangan puas dengan sesuatu dibawah bintang"
Kita seharusnya memiliki cita-cita dan motivasi yang tinggi. Islam mendorong kita untuk memiliki UH dan melarang kita untuk mendiamkannya. "Janganlah kamu menganggap kecil cita-cita kamu," tegas Umar ra., "karena aku tak pernah melihat sesuatu yang membuat seseorang itu bangkrut/gagal kecuali karena hilangnya cita-cita/motivasi." 

Sama seperti niat yang baik, dengan memiliki cita-cita yang tinggi, kita bisa berpahala sebelum dapat mewujudkannya. Rasulullah saw. bersabda: "barangsiapa yang bercita-cita untuk melakukan kebaikan, tapi (karna alasan yang syar'i) tidak bisa melakukannya, maka Allah telah menetapkan baginya kebaikan yang utuh."

Para sahabat yang bertempur di medan perang memiliki dua cita-cita. Yang pertama dan tertinggi adalah syahid. Yang kedua adalah kemenangan. Siapa yang tak kenal Khalid ibn Walid? Ksatria di kancah perang, namun wafat diatas dipan. Tapi seperti sabda Rasul tersebut, ia tetap meraih posisi yang dicita-citakan.

Juga sabda beliau: "barangsiapa yang meminta syahid pada Allah dengan jujur, maka Allah telah menyampaikannya pada derajat par syuhada' walaupun dia meninggal diatas kasurnya." Kejujuran kita akan keinginan dan cita-cita kita, akan membawa kita meraih apa yang diimpikan.

Ingat kisah seorang badui? Ketika ia diberikan hak rampasan perang oleh Rasulullah saw. ia berkata "Aku tidak mengikutimu demi ini. Aku mengikutimu agar aku bisa berperang di jalan Allah, lalu anak panah menembus ini (dia menunjuk kepada lehernya). Maka aku mati dan masuk surga.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika ucapan itu jujur, Allah akan mewujudkan keinginanmu.” Dan benar saja, ia syahid dalam keadaan anak panah menembus lehernya, kondisi yang ia inginkan. Rasulullah berkata, “ia membenarkan Allah, maka Allah membenarkannya.”

Terlalu banyak kerugian yang akan kita alami ketika kita tidak memiliki cita-cita atau hanya menginginkan hal yang kecil, padahal kita mampu untuk hasilkan yang lebih baik. Apalagi jika kita berpus asa. Allah berfirman,
"Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah" (Yusuf:87)
Wallahu a'lam~

Ketika Cinta (Mulai) Bersemi

Pada bulan Februari, ada satu hari yang diidentikkan dengan cinta. Ya! Betul sekali. Valentine's day yang jatuh pada tanggal 14 Februari. Sebelum para pemuda pemudi tenggelam dalam huru-hara hari cinta, Forum Tarbiyah IIUM menghadirkan sebuah diskusi menarik tentang Valentine dan cinta. Forum diskusi yang dikemas dengan judul "Ketika Cinta Bersemi" ini bertujuan untuk mengulang kaji tentang Valentine dan fitrah cinta. Diskusi dengan tagline "Mengatasi Problema Hati disaat Cinta Menghampiri" ini dipandu oleh moderator kocaknya IIUM, Nurul Anisak (Kak Nu’an), dan dihebohkan dengan dua pembicara yang luar biasa: Qoriatul Hasanah (Uni Qori) dan Ghazi Azhari (Kang Ghazi).

Yuk ahh, kita mulai aja! :)

Jika kita mengetahui sejarah dibalik Valentine, maka (saya yakin) tidak ada seorangpun yang ingin merayakannya, atau bahkan membayangkannya, karena udah merasa jijik duluan. Kang Ghazi menceritakan bahwa Valentine ini merupakan bagian dari tradisi kaum Pagan, Lupercalia. Dalam tradisi ini, yang berlangsung dari tanggal 13-18 Februari (sebagian mengatakan hanya sampai tanggal 15) mereka merayakannya dengan pengundian nama-nama wanita untuk dijadikan budak hawa nafsu lelaki selama satu tahun. Tidak hanya itu, di hari ke-15 dan ke-18, mereka akan menyembelih hewan-hewan seperti babi, anjing dan serigala, lalu kulitnya akan dilecut-lecutkan ke badan mereka. Jijik kan ya! Hii..

Dalam riwayat lain, nongol lah nama Valentino yang merupakan sumber kata Valentine. Menurut versi ini, raja-raja Romawi sering melibatkan pemuda jomblo sebagai prajurit perang. Kenapa? Agar mereka ngga terikat dengan orang yang ditinggal, seperti kekasih. Jadi, pada sebuah peperangan, Valentino mengobrak-abrik pasukan dengan menyuruh mereka untuk berkasih sayang –pacaran. Akibatnya, karena ketahuan, maka riwayatnya berakhir dengan hukuman mati. Hari kematiannya dirayakan sebagai hari kasih sayang tertanggal 14 februari (riwayat lain 15). Udah lah banyak versi, kisahnya juga ngga sedikitpun menggugah~

Lalu, apa pandangan Islam tentang Valentine? Uni Qori bilang, berdasarkan pendapatnya Ibnu Taimiyyah, beliau mengatakan bahwa hari raya dalam Islam adalah sebuah syari’at, dan syari’at itu haruslah berdasarkan dalil yang shahih. Maka jelas, Cuma ada dua hari raya dalam Islam; Idul Fitri dan Idul Adha. Valentine bukanlah hari raya bagi umat Islam karena ngga ada dalil yang mendukungnya, juga ngga dilakukan oleh Rasulullah dan para sahabat. Selain ngga bermanfaat, Valentine juga menuai banyak mudharat, kata Syaikh ‘Utsaimin. So, mending mencegah daripada mengobati kan ya? #NahLho

Sebelum lanjut ke pembahasan yang (pastinya) lebih menarik, coba deh simak lirik lagu dibawah ini:
Mencintai dicintai fitrah manusia
Setiap insan di dunia akan merasakannya
Indah ceria kadang merana itulah rasa cinta
(The Fikr – Cinta)
Jika kita bicara tentang Valentine, maka kita juga harus berbicara tentang cinta sebenarnya, cinta yang sesuai fitrah. Karena seperti yang terlagu diatas, cinta itu fitrah manusia. Jadi cinta yang fitrah harus sesuai dengan fitrah manusia (Islam), agar berkah hingga jannah.

Kang Ghazi menceritakan bahwa Rasulullah pernah ditanya tentang hari kiamat oleh para sahabat, beliau malah balik bertanya "apa yang telah kalian persiapkan?." Anas bin malik yang berada dalam kelompok tersebut menjawab "sesungguhnya aku mencintai Rasulullah dan para sahabatnya." "Maka ketahuilah wahai Anas," ucap Rasulullah "bahwa seseorang itu akan membersamai orang yang dicintainya di surge kelak." Inilah cinta, cinta yang fitrah, cinta yang membawa kita hingga Jannah! So, jangan habiskan waktu buat mencintai sesuatu/seseorang yang tak semestinya dicintai – Kak Nu’an. Udahlah ngga menjamin kebahagiaan dunia, apalagi kebahagian di kehidupan yang kekal di akhirat sana.

Lalu bagaimana cara mengelola cinta yang belum boleh diekspresikan sebelum waktunya tiba?

Uni Qori memandang cinta masa muda sebagai sebuah ujian. Ketika kita diberi ujian oleh Allah, kita ngga dituntut untuk menyelesaikannya, tapi sekuat apa kita bisa mengembalikannya pada keputusan dan kehendak Allah. Selalu berdo'a dan memperbanyak aktifitas positif, sehingga pikiran kita terfokus pada kebaikan. Selain itu, kita juga dapat bergabung dalam komunitas kebaikan agar ada tempat rujukan, curhat, dan agar ada orang yang membersamai kita dalam menghadapi ujian ini.

Dari perspektif laki-laki, Kang Ghazi berpendapat bahwa jomblo itu ujian, pacaran itu musibah, nikah itu berkah. Orang yang galau adalah orang yang imajinasinya lebih banyak daripada aksinya. Maka apa solusinya? Menurut Kang Ghazi, biar ngga galau, kita sebaiknya melakukan kegiatan-kegiatan yang menyibukkan hari-hari kita agar menghalangi kita melakukan perbuatan-perbuatan murah buat hati kita yang mulia. Takut ngga ketemu jodoh? Jadi manteman, jodoh ini adalah tentang rejeki. Seperti yang diungkap oleh ustadz Salim A. Fillah,

"Rizqi kita sudah tertulis di lauhul mahfuzh, mau diambil lewat jalan halal ataukah haram, dapetnya segitu juga yang beda rasa berkahnya. Jodoh kita juga sudah tertulis di lauhul mahfudz, mau diambil dari jalan halal ataukah haram, dapetnya yang itu juga yang beda rasa berkahnya. Keduanya bukan tentang apa, berapa, atau siapa. Tapi bagaimana Allah Subhanallahu wa ta’ala memberikan.. diulurkan lembut dan mesra, atau dilempar penuh murka? Maka layakkanlah diri dihadapanNYA untuk di anugerahi rizqi dan jodoh dalam serah terima paling sakral, mesra, penuh cinta, berkah dan makna."

Cinta seperti apa yang kita harapkan, jika Sang Penciptanya saja kita abaikan?

Terakhir, diskusi ini ditutup dengan kalimat megah dari Uni Qori yang didapatkannya dari mama temannya "suami (juga istri - pen) bukan malaikat. Dia bisa berbuat salah kapan saja, bisa mengecewakan, bisa menyakiti. Kelebihannya pasti bisa diterima siapapun, tapi kekurangannya hanya kamu (orang tertentu / jodoh - pen) yang akan sekuat tenaga, setulus hati menerima. Belajar terlebih dahulu cintai Tuhanmu. Karena hanya dengan itulah kamu bisa menerima setiap jengkal kekurangan suamimu."

So, manteman.. Yuk sama-sama menjadikan diri lebih baik dari sebelumnya! Terus berdo’a dan berusaha, pedekate sama Sang Pemilik Cinta. Barangkali Allah takdirkan kita sama si dia. Who knows kan? :)

NB: walau ngga jadi dipake fotar, yang penting masih bisa di-publish sendiri :D

Mendaftar di IIUM!

Menjadi alumni Ar-risalah yang pertama kali menginjakkan kaki di sebuah kampus memang tidak mudah. Akan banyak pertanyaan muncul dari adek-adek kelas yang tertarik untuk mengikuti jejak langkah tentang seperti apa dunia kampus yang digeluti dan bagaimana prosedur pendaftarannya. Mungkin ini agak sedikit telat, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan?

So, let me begin~

IIUM (International Islamic University Malaysia) atau juga biasa disebut UIAM (Universiti Islam Antarbangsa Malaysia) membuka pendaftaran tiga kali dalam setahun. Berkas-berkas yang diminta diharuskan untuk sampai di kantor tujuan sebelum waktu yang sudah ditetapkan dibawah.

Intake/MasukDeadline Berkas
September1 Juni
Februari1 November
Juni1 Maret
Berikut langkah-langkah untuk mendaftar di IIUM:
  1. Buka link ini http://itdportal.iium.edu.my/anr/Online07/
  2. Pilih item “NEW APPLICATION” di bagian atas. Klik NEXT
  3. Isi formulir data pribadi elektronik di halaman yang tersedia, termasuk di dalamnya pilihan jurusan. Klik NEXT (ingat username dan password, karena diperlukan untuk cek kelulusan nantinya)
  4. Isi formulir biodata ayah/ibu atau orang yang akan menanggung (guardian) semua biaya perkuliahan. Klik NEXT
  5. Setelah itu,mengisi formulir akademik.
  6. Setelah mengisi formulir dengan lengkap, preview formulir yang diisi tadi akan keluar. Jika ada yang salah dan ingin diperbaiki, silahkan klik EDIT (di pojok kanan). Jika tidak, silahkan di PRINT (pojok kanan atas).
  7. Setelah di print, pada halaman (page) 3 kita diminta untuk menulis personal statement sebanyak 150 kata. Tulisan kita bisa berupa background keluarga, pendidikan atau apapun yang menjadi kelebihan kita agar bisa menjadi bahan pertimbangan bagi pihak kampus untuk menerima.
  8. Di halaman (page) 4, ada checklist yang bisa membantu untuk melihat berkas-berkas yang harus dipersiapkan. Jika semua berkas sudah terkumpul rapi, maka kita bisa memberi tanda 'v' pada halaman ini. Berkas-berkasnya berupa:
    • - Membayar biaya registrasi sebesar $100 ke nomor rekening universitas (dengan memperlihatkan bukti pembayaran dan jangan lupa difotokopi sebagai pegangan)
    • - Fotokopi ijazah dan transkrip yang dilegalisir masing-masing 3 lembar.
    • - Dua rangkap fotokopi passport semua halaman (passport minimal masih valid dalam 2 tahun).
    • - Empat lembar foto berwarna ukuran passport (4×6) foto bewarna,dianjurkan dengan latar biru.
    • - Surat keterangan dari bank dengan bentuk jumlah saldo orang tua dan pernyataan mampu membiayai kuliah atau surat pernyataan dari sponsor (Jangan lupa difotokopi sebagai pegangan kalau nanti diminta bukti).
  9. Lengkapi berkas-berkas ini,masukkan kedalam amplop dan kirimkan ke alamat ini:
    • ACADEMIC MANAGEMENT AND ADMISSION DIVISION INTERNATIONAL ISLAMIC UNIVERSITY MALAYSIA P.O. BOX 1050728 KUALA LUMPUR, MALAYSIA
  10. Tunggu offer latter (surat kelulusan) dari pihak kampus yang menandakan kita diterima di Universitas. Biasanya offer letter keluar setelah 2 mingg sampai 1 bulan setelah tanggal deadline. Offer letter bisa dilihat di link berikut http://albiruni.iium.edu.my/myapps/anr/Online07/online.php
  11. Setelah diterima, print offer latter dan admision book.
  12. Urus visa pelajar di Kedubes Malaysia di Jakarta dengan membawa offer letter tadi.
  13. Lengkapi semua berkas yang tertulis di offer letter seperti slip pembayaran kuliah, surat keterangan sehat, dan tes bahasa. Untuk slip pembayaran kuliah, pastikan dikirim ke rekening IIUM yang khusus untuk biaya kuliah dengan jumlah sesuai dengan yang tertulis di offer letter.
  14. Selanjutnya, kita akan melanjutkan proses yang nanti dikordinir oleh pihak kampus.Untuk informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi website IIUM http://www.iium.edu.my/

That's all, semoga bermanfaat~

Tersembunyi atau Terpublikasi?

Tahukah kita?

Bahwa maksiat yang dijatuhi hukuman hudud tidak seberapa? Yang sedikit itupun dipersulit dengan syarat adanya beberapa saksi yang benar-benar melihat maksiat itu terjadi dengan mata kepala mereka sendiri.

Bahwa maksiat yang disembunyikan, akan aman selama di dunia (pastinya tak aman di akhirat jika tidak bertaubat)? Yang menyebabkan orang-orang tidak bisa sembarangan menuduh tanpa adanya saksi.

Tapi, mengapa dengan bangga kita share maksiat yang kita lakukan? Apakah karena ianya dosa kecil sehingga kita abai dengan efek yang mungkin mempengaruhi orang lain?

Kita sering menuntut orang untuk "Don't judge me!". Tapi kita lupa kalau orang hanya bisa melihat zhahir, bukan batin. Apa yang kita share, kita seolah memberitahu orang "Inilah saya".

Seolah mempersilahkan orang berasumsi tentang kita, namun melarang mereka berpendapat. Apakah sama dosa untuk maksiat yang tersembunyi dengan maksiat yang dipublikasi?

Atau mungkin anggapan kita sudah berbeda tentang perbuatan-perbuatan yang menabung dosa. Carut marut, sumpah serapah, interaksi berlebihan dengan lawan jenis, dan lainnya.

Anggap saja begitu. Tapi, coba hitung berapa pasang mata yang akan melihat foto-foto kita, membaca tulisan-tulisan kita? Dan ini juga akan menambah tabungan kita di akhirat nanti. Terpikirkankah?

Baik dan buruk itu relatif. Relatif kalau kita beragamakan budaya dan bangsa. Tapi satu dan tetap, dalam kesempurnaan Islam. Islamkah agama kita? Kalau iya, berarti sudah jelas standar kebaikan dan keburukan di mata kita.

Kebaikan adalah akhlak (perbuatan) yang baik, sedangkan dosa adalah segala hal yang mengusik jiwamu dan engkau tidak suka jika orang lain melihatnya. (HR. Muslim)

Wallahu a'lam.

*Correct me if I'm wrong
*Masih belajar

Berjarak Bukan Berarti Tak Bersahabat, Bukan?

 
10 tahun lalu, ketika aku memutuskan untuk melanjutkan studi di sebuah pesantren yang baru dirintis dan menjadi angkatan kedua, aku tidak begitu tahu siapa saja yang akan menemani hari-hariku selama 'terkurung' disana. Entah aku akan bertemu dengan teman lama, atau tidak sama sekali. Yang aku tahu, untuk pertama kalinya aku bersekolah diluar kota Padang.

Ohh ternyata, syukurlah. Walaupun banyak teman yang baru pertama kali dijumpa, banyak juga yang sudah kuakrabi sekian lama. Teman TK, teman SD, atau hanya sekedar kenal karena orangtua. Alhamdulillah, kurang lebih kondisi ini dapat mengurangi kecanggunganku menghadapi 'dunia' baru.

Bagi kebanyakan manusia, tentu lebih menyenangkan bermain dan bercengkerama dengan mereka yang sudah dikenal. Begitu juga denganku. Membersamai kembali teman-teman sepermainan di masa kecil membuatku bernostalgia akan cerita-cerita yang dilewati bersama.

Apalagi bersama salah seorang teman kecilku yang hanya terpaut seminggu lebih tua dariku. Kami tidak bisa menebak sejak kapan kami saling mengenal, yang jelas, jauh sebelum kami dilahirkan kami sudah diakrabi lewat keakraban yang dibina oleh orangtua kami.

Ketika tahu aku dan dia akan mendekam di pesantren yang sama, I was so excited. Bagaimana tidak bahagia, toh aku dipertemukan lagi dengan teman yang ketika aku belum bangun saja dia sudah nongol di rumahku, ngajak main. Hahahaha..

Kebetulan rumah kami tidak begitu jauh. Sehingga pertemuan kami bisa dibilang intensif sampai kami menginjak bangku SD. Ya, kami ditakdirkan bersekolah di SD yang berbeda. Ini membuat pertemuan kami menjadi langka, apalagi setelah keluarganya pindah rumah.

Perpisahan yang cukup lama antara kami berdua cukup membuatku canggung ketika kembali bersua secara nyata di penghujung masa SD dalam sebuah kompetisi yang diadakan di sekolahnya. Dibilang nyata karena bisa jadi di tahun-tahun sebelumnya kami pernah berjumpa tapi tanpa sapa. Wallahu a'lam. Hehe..

Then, saat itu pun karena kami sama-sama canggung menghadapi keadaan yang (mungkin) sudah lama dinanti, kami tak sempat lama bercengkerama melepas rindu. Hanya sekedar pertanyaan basa-basi yang mulus keluar dari mulut kami berdua. Aduh, lucunya.. Tapi, inilah yang membuat persahabatan kami menjadi semakin menarik.

Pun ketika kami dipertemukan kembali di pesantren, aku masih canggung walau bahagia. Tapi tidak perlu waktu lama untuk kami kembali akrab seperti sedia kala. Playing and babbling around, layaknya dua sahabat kebanyakan. Saling mengingatkan dan menyemangati dalam kebaikan. Bahkan aku tertular semangat yang dimilikinya. Salah satunya, aku berhasil menghafal surat Al-Mulk karenanya~

Tapi tetap aja kalo udah liburan dan jarang ketemu, pas balik ke pesantren jadi canggung lagi. Pernah suatu hari setelah liburan, musyrifah pada manggil kami berdua. Mungkin beliau heran, "nih anak perasaan sebelum liburan akrabnya masyaAllah, nah sekarang kenapa ngga sapaan begini ya? Bertengkar kah?". Padahal kan there was no any problem~

Semakin kami tumbuh dewasa, kami semakin membuka diri untuk bersahabat dengan siapa saja (apalagi aku yang kurang cepat beradaptasi). Tentu aku juga tak ingin 'menikmati' sendiri pertemanan dengannya, karena (sepertinya) banyak juga teman-teman lain yang ingin dekat dan bersahabat dengannya.

Sejak saat itu, kami mulai berjarak. Berjarak bukan berarti tak bersahabat, bukan? Seperti yang ia ibaratkan dalam tulisannya, "Tapi seakan ruh kami benar-benar terpaut dengan nyata. Semangatku adalah semangatnya. Gundahku adalah gundahnya. Kami berbagi dalam diam. Kami akrab dalam keheningan. Tapi itu terasa nyata bagi kami. Sulit di percaya? Dan memang begitulah adanya.."

Beginilah kami. Dengan kecanggungan dan ego masing-masing, dengan gaya dan hobi yang berbeda, berhasil mengamankan persahabatan yang telah ada sebelum kami lahir. Walaupun setelah lulus dari pesantren, kami ditakdirkan berpisah kembali karena melanjutkan studi di kampus yang berbeda dengan jurusan yang sama, Psikologi. Thanks for everything~

**********

Dan hari ini, 26 Agustus 2015, tepat 22 tahun sudah kamu mengecap semua rasa dunia; manis, asam, asin (rame rasanya!). Selamat hari lahir~

May Allah grant you best life in this world and the Hereafter and bless you with a lot of His blessings and love. Dan semoga ukhuwah kita, seperti apapun bentuknya, selalu mengiring kita dalam kebaikan menuju jannah firdausNya. Barakallaaaah cha! Uhibbuki fillaah~ ^^

- Copyright © 2013 Shofia Shabrina -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -